Kebaya

LATAR BELAKANG

Mangrove merupakan suatu komunitas vegetasi pantai wilayah tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak yang mampu tumbuh diperairan asin (Nyabakken 1993). Menurut Bengen (2004) mangrove sebagai suatu komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Hutan mangrove mempunyai fungsi ekonomis dan fungsi ekologis. Salah satu fungsi ekologis adalah mencegah terjadinya abrasi pantai dan sumberdaya yang paling banyak menghasilkan nutrien bagi ekosistem dan beberapa biota dan tempat berasosiasi berbagai organisme seperti udang, kerang, kepiting, dan lain-lain. Sedangkan fungsi ekonomisnya sebagai penyediaan kayu, daun-daunan sebagai bahan baku obat-obatan dan getah-getahan. Disamping itu juga hutan mangrove mempunyai fungsi non-ekonomis yaitu sebagai lahan eksploitasi, tambak udang, pariwisata, dan sebagai daerah industri.

Seiring berjalannya waktu banyak ditemukan kerusakan hutan mangrove yang disebabkan oleh manusia. Sehingga mengakibatkan hutan mangrove beralih fungsi diantaranya menjadi areal tambak untuk budidaya perairan, kegiatan-kegiatan komersial, dan industri, serta adanya eksploitasi secara berlebihan terhadap kayu mangrove yang membabi buta. Permasalahan ini banyak dihadapi sebagian besar wilayah pesisir pantai khususnya di Muaragembong. Dengan kondisi seperti ini kelompok kaum ibu di kampung Beting, desa Pantai Bahagia Muaragembong tergerak dalam melakukan pengedukasian dalam upaya untuk memberikan sebuah alternatif mata pencaharian baru masyarakat di wilayahnya. Dengan harapan dapat menunjang perekonomian masyarakat dan juga sekaligus bertujuan untuk menjaga ekosistem hutan mangrove yang mulai rusak. Apabila limbah organik mangrove dimanfaatkan sebagai sasaran penghasilan tambahan mereka, maka dengan sendirinya akan timbul rasa memiliki terhadap hutan tersebut dan fungsi utama hutan mangrove dalam ekosistem secara tidak langsung juga akan berjalan dengan baik.

Pada bulan April 2014, kelompok kaum ibu mengikuti bimbingan kegiatan usaha makanan lokal, untuk pertama kalinya mereka juga dilibatkan pada kegiatan ekowisata dan mangroving savemugo. Pada tahun tersebut olahan mangrove dijadikan paket kegiatan yang ditawarkan ke wisatawan lokal saat berkegiatan di Muaragembong. Tahun 2015, pengembangan makanan oleh-oleh mangrove ini mendapat perhatian intensif dari divisi olahan savemugo, untuk memperbaiki penyajian dan penambahan produk olahan mangrove lainnya. Lalu pada tahun 2016, beberapa variasi olahan mangrove dikembangkan untuk kebutuhan wisata dan peserta kegiatan mangroving sebagai buah tangan dari wilayah pesisir Muaragembong. Hingga tahun 2018, kelompok kaum ibu diketuai oleh Alphia sepakat bersama-sama untuk membangun sebuah perekonomian terstruktur dengan nama “KEBAYA” akronim dari Kelompok Bahagia Berkarya dan menetapkan nama merek dagang “MANG OGE” untuk sepuluh produk makanannya. Diantaranya sirup mangrove, dodol mangrove, kacang umpet daun mangrove, keripik umpet, keripik daun mangrove, peyek daun mangrove, stick daun mangrove, kerupuk daun mangrove, kerupuk buah mangrove, dan dendeng daun mangrove.

Daftar Pustaka :
Bengen DG. 2004. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB.
Nyabakken JW. 1993. Dasar-dasar Ekologi Mangrove. Jakarta: Gramedia.